Biskuit Sebagai Media Pembelajaran Kontekstual - foldersoal.com

Biskuit mampu menjadi media pembelajaran kontekstual
Media pembelajaran adalah suatu alat sebagai perantara untuk pemahaman makna dari materi yang disampaikan oleh pendidik atau guru. Media pembelajaran ini juga sebagai alat untuk memperlancar dari penerapan komponen-komponen dari sistem pembelajaran , sehingga proses pembelajaran dapat bertahan lama dan efektif, suasana belajar pun menjadi menyenangkan.

Baca juga: Pengertian Media Pembelajaran dan Klasifikasinya

Penulis mencoba memilih biskuit sebagai media dengan pertimbangan bahwa biskuit merupakan produk makanan ringan atau kecil yang renyah dari bahan tepung terigu yang dibuat dengan cara di panggang (Manaffe, 1999). Sehingga kehadiran biskuit sebagai media pembelajaran merupakan media yang tidak asing untuk semua lapisan khususnya siswa , media yang aman untuk siswa dan media yang mudah ditemukan, sehingga jelas akan menghadirkan suasana yang menyenangkan pada saat belajar, karena siswa bisa belajar dan langsung menikmati media belajarnya.

Dan yang terpenting media biskuit mampu menjadi media pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) yang membawa siswa kedunia nyata dan memperjelas materi ketika siswa mempelajari konsep tentang fase-fase bulan. Hal ini sesuai konsep pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Baca juga: Komponen Model Contextual Teaching and Learning

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual, yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal (Siswoyo, 2002)

Langkah pembelajaran pada konsep mendiskripsikan fase-fase bulan dengan media biskuit adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam bentuk kelompok (cooperative learning) dengan media biskuit yang disiapkan kelompok masing-masing sebagai tugas tindak lanjut pada pertemuan sebelumnya.

2. Siswa secara klasikal melakukan brainstorming dari gambar slide yang disediakan oleh guru.

3. Siswa secara kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa dari guru.

4. Siswa bekerja secara kelompok mengidentifikasi tentang bentuk fase-fase bulan dari jenis biskuit tanpa fla atau krim sebagai matahari dan bumi dan biskuit dengan fla atau krim untuk bulannya.

5. Siswa menyusun fase-fase bulan dengan menghilangkan sebagian krim atau fla biskuit sesuai bentuk fase bulannya sebagai wujud pembelajaran experiment.

6. Siswa memberikan keterangan pada fase-fase bulan untuk memperjelas keddudukan posisi bulan sehingga pembelajaran tampak sangat nyata.

7. Siswa presentasi antar kelompok dengan metode duta perwakilan dalam upaya ransferring konsep antar kelompok sekaligus menyamakan persepsi antar kelompok.

8. Siswa menempel hasil kegiatan kelompok pada papan pemajangan sebagai bahan refleksi.

9. Siswa berdiskusi klasikal dengan panduan guru untuk menyamakan persepsi sesuai konsep secara klasikal dan utuh.

Penulis berharap dengan tulisan dan melalui media ini mampu menginspirasi guru untuk berpartisipasi aktif dalam pembuatan aktif learning pada setiap pembelajaran yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun lingkungan pendidikan di wilayah setempat.

Guru bisa mengadopsi, mengkolaborasi sekaligus mengadaptasikan media pembelajaran yang ada sesuai kreatifitas guru dengan menyesuaikan tema pembelajaran yang sedang berlangsung dan menyesuaikan kebutuhan siswa, maka akan muncul media , metode baru dan beragam yang secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas sumber daya manusia.

*) Ditulis oleh Louis Ifka Arishinta, Guru SD Muhammadiyah 9 Malang
Anda juga dapat mengirim tulisan Anda ke
Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel